
Sunda Wiwitan Adalah Sebuah Aliran Kepercayaan Tradisional Yang Di Anut Oleh Sebagian Masyarakat Di Daerah Sunda. Khususnya di daerah Kanekes Baduy dan sekitarnya di Provinsi Banten, Indonesia. Kepercayaan ini di anggap sebagai warisan spiritual leluhur masyarakat Sunda. Sebelum masuknya agama-agama besar seperti Islam, Kristen dan Hindu. Wiwitan sendiri berarti permulaan atau asal mula. Mencerminkan pandangan bahwa ajaran ini merupakan fondasi awal dari nilai-nilai kehidupan orang Sunda. Dan memiliki konsep spiritual yang menghormati kekuatan alam dan leluhur. Serta menekankan kehidupan yang selaras dengan alam semesta.
Kemudian dalam ajaran Tuhan di sebut sebagai Sang Hyang Kersa atau Yang Maha Kuasa yang menciptakan alam dan segala isinya. Penganut Sunda Wiwitan percaya bahwa Sang Hyang Kersa menurunkan ajaran kehidupan melalui para leluhur. Dan tokoh-tokoh spiritual seperti Prabu Siliwangi. Prinsip hidup dalam kepercayaan ini sangat menjunjung tinggi kesederhanaan, kejujuran dan keseimbangan antara manusia dan alam. Maka nilai-nilai ini tercermin dalam larangan-larangan adat seperti tidak boleh merusak hutan, mencemari sungai atau melanggar aturan komunitas.
Kemudian salah satu praktik yang paling di kenal dari Sunda Wiwitan adalah upacara Seren Taun. Sebuah ritual tahunan sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan permohonan berkah untuk musim tanam berikutnya. Upacara ini di isi dengan berbagai bentuk persembahan, doa dan pertunjukan kesenian tradisional. Meskipun jumlah penganut kini tidak sebanyak dulu. Ajarannya tetap hidup melalui masyarakat adat seperti Baduy Dalam yang konsisten menjaga warisan leluhur tersebut. Sunda Wiwitan tidak hanya menjadi sistem kepercayaan tetapi juga identitas budaya. Dan filosofi hidup yang menekankan harmoni antara manusia, leluhur dan alam. Menjadikannya salah satu kekayaan spiritual Nusantara yang unik dan bernilai tinggi.
Sejarah Panjang Sunda Wiwitan
Sunda Wiwitan merupakan sistem kepercayaan kuno yang di yakini telah ada sejak zaman prasejarah. Jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu, Budha dan Islam ke tanah Sunda. Kepercayaan ini berasal dari tradisi nenek moyang masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jawa Barat dan Banten. Khususnya di kawasan pegunungan dan pedalaman. Nama Sunda Wiwitan sendiri berarti ajaran Sunda yang paling awal atau permulaan Sunda. Yang menunjukkan bahwa sistem kepercayaan ini di anggap sebagai akar dari budaya dan pandangan hidup orang Sunda. Ajarannya berkembang secara lisan melalui warisan leluhur. Dan tidak tertulis dalam bentuk kitab suci seperti dalam agama-agama besar lainnya.
Perkembangan sangat erat kaitannya dengan tokoh-tokoh legendaris dalam sejarah dan mitologi Sunda. Kemudian salah satunya adalah Prabu Siliwangi raja legendaris dari Kerajaan Pajajaran. Prabu Siliwangi di anggap sebagai tokoh besar yang menyebarkan nilai-nilai kehidupan luhur. Sebuah keselarasan, kejujuran dan penghormatan terhadap alam. Setelah Kerajaan Pajajaran runtuh akibat penyebaran Islam di abad ke 16. Para penganut setia Sunda Wiwitan memilih mengasingkan diri ke daerah terpencil seperti Kanekes wilayah Baduy sekarang. Untuk mempertahankan ajaran leluhur mereka.
Meskipun pada masa kolonial dan setelah kemerdekaan Indonesia sempat mengalami tekanan. Karena di anggap sebagai kepercayaan di luar agama resmi. Keberadaannya terus di pertahankan sebagai bagian dari kebudayaan lokal. Sejak era reformasi mulai mendapatkan pengakuan sebagai bagian dari aliran kepercayaan yang di lindungi negara. Maka pemerintah pun memberikan ruang bagi penghayat kepercayaan seperti Sunda Wiwitan untuk mengekspresikan keyakinan mereka secara bebas. Sejarah Panjang Sunda Wiwitan mencerminkan daya tahan budaya dan spiritual masyarakat Sunda. Dalam menjaga identitas mereka di tengah arus perubahan zaman.
Ritual Dan Tradisi Wiwitan
Ritual dan tradisi dalam kepercayaan Wiwitan merupakan bagian penting dari kehidupan spiritual masyarakat adat. Khususnya di daerah Kanekes Baduy dan komunitas Sunda lainnya. Ritual ini tidak hanya bersifat religius tetapi juga memiliki makna sosial dan ekologis. Salah satu ritual utama adalah Seren Taun yaitu upacara tahunan sebagai bentuk syukur kepada Sang Hyang Kersa. Atas hasil panen dan permohonan berkah untuk musim tanam yang akan datang. Prosesi Seren Taun di isi dengan pengumpulan padi hasil panen ke dalam lumbung adat. Arak-arakan budaya, doa bersama dan pertunjukan kesenian tradisional. Acara ini melibatkan seluruh masyarakat dan di jalankan dengan penuh khidmat serta rasa kebersamaan.
Tradisi dalam Wiwitan juga sangat berkaitan erat dengan pelestarian alam. Penganut kepercayaan ini meyakini bahwa alam memiliki kekuatan spiritual yang harus di hormati dan di jaga. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari mereka menerapkan berbagai larangan. Atau pikukuh seperti tidak boleh menebang pohon sembarangan, tidak mencemari sungai. Dan tidak membangun rumah dari bahan yang merusak lingkungan. Upacara-upacara seperti Ngaseuk penanaman benih padi dan Nganyaran pembukaan ladang baru. Di lakukan dengan iringan doa dan sesajen untuk meminta restu dari leluhur dan kekuatan alam. Melalui tradisi ini masyarakat Sunda Wiwitan menjaga harmoni antara manusia dan alam sebagai bagian dari ajaran luhur nenek moyang.
Selain itu terdapat juga ritual-ritual kecil seperti seba kunjungan kepada pemerintah setempat sebagai bentuk hormat dan komunikasi budaya. Papagon wejangan atau pesan adat serta peringatan hari-hari penting dalam kalender adat. Setiap prosesi selalu melibatkan pemimpin adat seperti Pu’un atau Jaro yang memiliki otoritas spiritual dan sosial dalam komunitas. Semua Ritual Dan Tradisi Wiwitan di jalankan dengan tujuan utama. Menjaga keseimbangan antara dunia nyata, alam gaib dan hubungan manusia dengan Sang Hyang Kersa.
Unsur Monoteisme Dalam Sunda Wiwitan
Sunda Wiwitan di kenal sebagai salah satu sistem kepercayaan lokal di Indonesia yang memuat unsur monoteisme purba. Yakni keyakinan pada satu kekuatan tertinggi sebelum pengaruh agama-agama besar masuk. Dalam ajaran Tuhan di sebut sebagai Sang Hyang Kersa yang berarti Yang Maha Berkehendak. Sang Hyang Kersa di yakini sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya serta penguasa atas segala kehidupan. Walau tidak memiliki kitab suci tertulis ajaran tentang Tuhan ini di wariskan secara lisan dan terpatri kuat dalam kehidupan adat.
Unsur Monoteisme Dalam Sunda Wiwitan juga tercermin dalam cara masyarakat adat menjalani hidup secara tertib, seimbang. Dan harmonis sebagai bentuk kepatuhan terhadap kehendak Sang Hyang Kersa. Mereka percaya bahwa setiap tindakan manusia akan membawa akibat. Baik di dunia ini maupun dalam kehidupan spiritual. Sehingga mereka berusaha menjaga moralitas, kejujuran dan kesucian niat dalam setiap aspek kehidupan. Prinsip ini sangat dekat dengan nilai-nilai etika religius yang universal. Doa-doa dan persembahan yang mereka lakukan bukan di tujukan kepada banyak dewa.
Meskipun seringkali di kategorikan sebagai kepercayaan animisme atau dinamisme oleh luar. Banyak peneliti antropologi dan sejarah budaya melihat sebagai bentuk monoteisme kuno yang berkembang secara mandiri di Nusantara. Tidak adanya sistem pendewaan yang kompleks serta pengakuan hanya terhadap satu sumber kekuatan spiritual. Memperkuat bahwa Sunda Wiwitan adalah kepercayaan dengan akar teologis yang kuat. Kehadiran unsur monoteisme ini menjadikan bukan hanya sebagai warisan budaya lokal. Tetapi juga sebagai cermin kebijaksanaan spiritual nenek moyang Nusantara yang mendalam dan filosofis terhadap Sunda Wiwitan.